AMINA
Pendahuluan
Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, dan
banyak amina mempunyai keaktivan faali. Misalnya, dua dari stimulan alamiah
tubuh dari sitem syaraf simpatetik (melawan atau melarikan diri) adalah
norepinafrina dan epinafrina.
Norepinafrina
Baik norepinafrina maupun epinafrina
adalah β-feniletilamina (2-feniletilamina). Sejumlah β-feniletilamina lain
bertindak terhadap reseptor-reseptor
simpatetik. Senyawa-senyawa ini dirujuk sebagai amina simpatomimetik
karena senyawa-senyawa ini, sampai batas tertentu, meniru (mimik) kerja faali
noreprinafrina dan epinafrina ini.
Sebelum tahun masehi, senyawa
efedrina diekstrak dari tanaman ma-huang di Tiongkok dan digunakan sebagai
obat. Sekarang, senyawa ini merupakn obat peluruh dahak (decongestant) yang
aktif dalam obat tetes hidung dan obat flu. Efedrina menyebabkan menyusutnya
membran hidung, yang membengkak dan menghambat keluarnya lendir hidung (dosis berlebih
akan mengakibatkan kegugupan dan tak dapat tidur). Meskalina, suatu halusinogen yang diisolasi dari kaktus peyote, telah berabad-abad digunakan
oleh orang Indian di Meksiko dan Amerika Serikat Barat-daya dalam upacara
keagamaan. Amfetamina adalah stimulan
sintetik yang menyebabkan tak dapat tidur dan kegugupan. Kadang-kadang
amfetamina digunakan untuk mengurangi kegemukan, karena senyawa ini mengurangi
nafsu makan. Seperti banyak amina simpatomimetik lain, amfetamina mengandung
suatu karbon kiral dan mempunyai sepasang enantiomer. Enantiomer amfitamina
yang lebih aktif (yang memutar ke kanan) disebut deksedrina. Beberapa amina lain yang aktif faali, sperti nikotina
dan morfina.
Amina boleh dikatakn sebagai turunan
dari amonia (NH3), karena senyawa amina mempunyai struktur seperti
amonia dimana salah satu atau lebih atom hidrogen pada amonia diganti gugus
alkil atau aril. Senyawa amina dapat berupa alifatik, siklik, heterosiklik, dan
aromatik.
Penggolongan amina didasarkan pada
berapa atom H pada amonia diganti dengan gugus alkil atau aril. Apabila satu H
pada amonia diganti gugus alkil disebut amina primer. Apabila dua atom H pada
amonia diganti gugus alkil disebut amina sekunder dan apabila ketiga atom H
pada amonia diganti gugus alkil disebut amina tersier. Gugus alkil yang terikat
pada amina sekunder atau tersier dapat semua sama dan dapat pula berbeda-beda.
STRUKTUR
H - N – H R – R –
H R – N – H R – N – R”
H H R R’
Amonia amina primer amina
sekunder amina tersier
Senyawa amina banyak terdapat di alam, baik yang
terkandung dalam tumbuhan maupun binatang. Sebagian alkaloid adalah salah satu
golongan senyawa hasil Lm yang mengandung gugus amina. Banyak diantara senyawa
yang mengandung gugus amina mempunyai keaktifan biologik. Beberapa contoh di
bawah ini adalah senyawa yang mengandung gugus amina yang terdapat secara
alamiah.
Serotonin (5-hidroksitriptamina)
banyak ditemukan di dalam tumbuhan dan binatang. Senyawa ini di dalam otak
sangat berguna untuk menstabilkan aktifitas mental. Senyawa ini merupakan
turunan dari triptamina yang dapat ditemui pada pohon akasia.
Serotonin triptamina
Nikotina, kafeina dan teobromina merupakan contoh
senyawa-senyawa alam yang mengandung amina tersier. Nikotina adalah senyawa
yang terdapat pada tembakau, sedangkan kafein adalah senyawa yang terdapat pada
teh dan kopi dan teobromina terdapat pada biji coklat.
Nikotina kafeina teobromina
Vitamin
adalah senyawa hasil alam yang lain yang banyak di antaranya mengandung gugus
amino. Vitamin merupakan senyawa sangat vital, yang harus dicukupi oleh makhluk
hidup, karena memegang peranan sangat penting dalam metabolisme sel. Masalah
ini banyak dibicarakan dalam biokimia. Kebanyakan vitamin yang larutdalam air
mengandung gugus amino pada struktur senyawanya. Vitamin B2 (riboflavin) dan
vitamin B1 (tiamin) adalah salah satu contoh dan vitamin yang mengandung gugus
amino. (Matsjeh,1993)
Tatanama Amina
Amina sederhana yaitu amina yang
mengandung gugus alkil yang sama, secara trivial namanya diawali oleh nama
alkilnya kemudian diakhiri dengan kata amina.
CH3NH2 (CH3)2NH (CH3)3N
Metil amina dimetil amina trimetil amina
Tetapi apabila atom N amina mengikat
gugus alkil yang tidak sama, biasanya sukar bila penamaannya mengikuti cara di
atas. Penamaan amina tipe ini diawali oleh huruf N (N besar) diikuti oleh nama
alkil sebagai subtituen yang terikat pada N dan kemudian nama rantai induknya
dan diakhiri dengan kata amina. Sebagai rantai induk dipilih gugus alkil yang
mempunyai rantai terpanjang.
(CH3)2NHCH2CH2CH3 N-etil-N-metil-sikloheksilamina
Apabila rantai alkil yang terikat
pada amina mempunyai subtituen, maka penomoran dimulai dari atom karbon yang
terikat langsung pada atom N sebagai nomor satu.
Secara IUPAC, gugus amino dianggap
sebagai subtituen. Penomoran bisa digunakan aturan umum yaitu dimulai dari
salah satu ujung rantai karbon terpanjang yang apling dekat dengan gugus subtituen,
dalam hal ini gugus amino. Penamaan secara IUPAC dimulai dari nomor dimana
gugus amino terikat, diikuti kata amino dan diakhiri nama alkana sebagai rantai
induk.
Untuk amina aromatik, dimana gugus
aril langsung terikat pada gugus amino, maka penamaannya diturunkan dari
anilina. Apabila gugus amino terikat pada sistem aromatik atau turunan
aromatik, maka namanya diturunkan dari nama sistem cincin aromatiknya. senyawa heterosiklik amina adalah
senyawa yang mempunyai struktur siklik dimana atom N termasuk dalam anggota
sikliknya. Senyawa ini dikenal juga sebagai senyawa non-aromatik heterosiklik
amina.
Apabila heterosiklik amina mengikat
gugus subtituen, maka penomoran harus dimulai dari atom N dan diikuti searah
dengan gugus subtituen yang terdekat dengan N.
Konfigurasi Amina
Atom N pada amina mempunyai orbital
hibrid sp3 dan bentuk molekulnya adalah tetrahedral dengan sudut 1080.
Untuk amina tersier dimana ketiga gugus alkilnya berbeda seharusnya bersifat
aktif optik karena mempunyai pusat khiral yaitu atom N. Tetapi kenyataanya
amina tersier tersebut tidak aktif optik. Hal ini disebabkan karena pada amina
tersier seperti itu terjadi perubahan yang membentuk kesetimbangan yang sangat
cepat. (Matsjeh, 1993)
Ikatan dalam Amina
Ikatan dalam suatu amina beranalogi
langsung dengan ikatan dalam amonia: suatu atom nitrogen sp3 yang
terikat pada tiga atom atau gugus lain (H atau R) dan dengan sepasang elektron
menyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa.
H
– N – H CH3 –
N – CH3
H CH3
Amonia trimetilamina
Dalam garam amina atau garam amonium
kuaterner, pasangan elektron menyendiri membentuk ikatan sigma keempat. Kation
beranalogi dengan ion amonium.
H CH3
H
– N+ – H Cl- CH3
– N+ – CH3 Cl-
H CH3
Amonium klorida tetrametilamonium
klorida
Suatu molekul amina dengan tiga
gugus berlainan yang terikat pada nitrogen akan bersifat kiral; namun,
enantiomer dari sebagian besar amina tidak dapat diisolasi karena terjadinya
inversi yang cepat antara bayangan-bayangan cermin pada temperatur kamar.
Inversi itu berlangsung lewat keadaan transisi datar (nitrogen sp2). Akibatnya ialah
piramida nitrogen itu menjentik sehingga dinding dalam menjadi dinding luar,
mirip payung yang terhembus angin kencang. Energi yang diperlukan untuk inversi
ini sekitar 6 kkal/mol, kira-kira dua kali energi untuk rotasi mengelilingi
ikatan sigma karbon-karbon.
Jika suatu nitrogen amina mempunyai
tiga subtituen yang berlainan dan pengubahan timbal balik antara kedua struktur
bayangan cermin itu terhalang, maka dapatlah diisolasi sepasang enantiomer. Basa Troger adalah suatu contoh molekul
semacam itu. Titian metilena anatara kedua nitrogen mencegah pengubahan timbal
balik (interkonversi) antara bayangan cermin, sehingga basa Troger dapat
dipisahkan menjadi sepasang enantiomer.
Kasus lain dalam mana dimungkinkan
adanya enantiomer yang dapat diisolasi ialah pada garam amonium kuaterner. Senyawa
ini secara struktur mirip senyawa yang mengandung atom karbon sp3. Jika empat gugus yang
berlainan terikat pada nitrogen, ion itu akan bersifat kiral dan garam itu
dapat dipisah sebagai enantiomer- enantiomer.
Sifat Fisis Amina
Amina membentuk ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen N---HN lebih lemah daripada ikatan hidrogen O---HO karena N
kurang elektronegatif dibandingkan dengan O dan karena itu ikatan NH kurang
polar. Pengikatan hidrogen yang lemah antara molekul amina menyebabkan titik
didihnya berada antara titik didih senyawa tanpa ikatan hidrogen (seperti
alkana atau eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (seperti alkohol) dengan bobot molekul
yang bersamaan.
CH3CH2OCH2CH3 (CH3CH2)2NH CH3CH2CH2CH2OH
t.d. 34,50C t.d. 560C t.d. 1170C
karena tidak mempunyai ikatan NH,
amina tersier dalam bentuk cairan murni tidak dapat membentuk ikatan hidrogen.
Titik didih amina tersier lebih rendah daripada amina primer atau sekunder yang
bobot molekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih dekat ke titik didih alkana
yang bobot molekulnya bersamaan.
Tidak ada ikatan hidrogen ada
ikatan hidrogen
(CH3)3N (CH3)3CH CH3CH2CH2NH2
t.d. 30C t.d. -100C t.d.
480C
amina berbobot molekul rendah larut
dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air. Amina tersier maupun
amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan hidrogen karena memiliki
pasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan air.
(CH3)3N:
- - - H – O – H
Amina atsiri mempunyai bau yang
sangat khas dan biasanya merangsang. Bau metilamina mirip dengan bau amonia;
trimetilamina berbau seperti ikan salem-laut yang sudah mati, dan piperidina
berbau seperti ikan tawar mati. Arilamina tidak sebau busuk alkilamina; tetapi
arilamina seperti anilina bersifat racun dan terutama berbahaya karena dapat
terserap menembus kulit. Beberapa, seperti β-naftilamina bersifat
karsinogen. Garam amina dan garam amonium kuaterner bersifat seperti garam anorganik
– titik lebih tinggi, larut dalam air dan tidak berbau.
Pembuatan Amina
Teknik pembuatan amina dapat dibagi
ke dalam tiga kategori umum. Tiap kategori akan dibahas bergiliran.
Subtitusi nukleofilik:
RX + NH3 SN2 RNH3+X- OH- RNH2
Suatu alkil halida
Reduksi:
O
RCNH2
atau RCN [H] RCH2NH2
Suatu amida atau nitril
Penataan ulang amida:
O
RCNH2 Br2, OH- RNH2
a.
Sintesis dengan reaksi
subtitusi
Reaksi amina
dan alkil halida. Amina atau amonia mengembang pasangan elektron menyendiri dan dapat bertindak sebagai suatu nukleofil dalam suatu
reaksi subtitusi dengan suatu alkil halida. Reaksi suatu nukleofil nitrogen
serupa dengan reaksi setiap nukleofil
lainnya dengan RX. Produk reaksi dengan amonia
atau suatu amina adalah suatu garam amina. Amina bebas dapat diperoleh dengan
mengolah garam amina ini dengan suatu basa seperti NaOH.
Urutan kereaktivan alkil halida adalah khas reaksi SN2:
CH3X > primer > sekunder. Alkil halida tersier tidak bereaksi
subtitusi dengan amonia atau amina; diperoleh produk eliminasi.
Kekurangan utama jalur ke amina ini ialah bahwa garam
amina produk dapat mempertukarkan proton
dengan amonia atau amina awal.
CH3CH2NH3+
Br- + NH3 CH3CH2NH2
+ NH4+ Br-
Juga suatu nukleofil
Pertukaran proton ini menghasilkan dua nukleofil atau
lebih, yang bersaing dalam reaksi dengan alkil halida. Inilah sebabnya mengapa
seringkali diperoleh campuran mono-, di- dan trialkil-amina serta garam amonium
kuaterner dari suatu reaksi antara amonia dan suatu alkil halida.
NH3 RX RNH2 RX R2NH RX R3N RX R4N+
X-
Jika amina itu sangat murah atau
jika digunakan amonia, dapatlah digunakan dengan sangat berlebihan agar
diperoleh monoalkilasi. Dalam hal ini RX lebih diinginkan untuk bertubrukan
dengan molekul pereaksi dan bukannya dengan molekul produk alkilasi. Dalam
contoh berikut amonia berlebihan
menyebabkan produk utama ialah amina primer.
CH3CH2CH2CH2Br
+ NH3 berlebih OH- CH3CH2CH2CH2NH2+
Br-
1-bromobutana n-butilamina (45%)
Jika
diinginkan garam amonium kuaterner, hendaknya digunakan alkil halida berlebih.
(CH3CH2)2NH + CH3CH2I
berlebih (CH3CH2)4N+
I-
Sintesis ftalimida Gabriel. Suatu
sintesis yang menghasilkan amina primer tanpa amina sekunder dan tersier ialah sintesis ftalimida Gabriel. Tahap
pertama dalam rentetan reaksi ini ialah suatu reaksi SN2 dengan
anion ftalimida sebagai nukleofil. Amina itu kemudian diperoleh dengan menghidrolisis
ftalimida tersubtitusi.
Ftalimida dibuat dengan memanaskan
anhidrida asam ftalat dengan amonia. Garam kalium dibuat dengan mengolah
ftalimida dengan KOH. Baisanya proton tidak dapat begitu saja direbut dari
nitrogen amida. Namun seperti dengan senyawa dikarbonil-β lain, imida bersifat asam
karena anionnya terstabilkan oleh resonansi.
1. Sintesis dengan reduksi
Reaksi reduksi sering memberikan
jalur ke amina tanpa merepotkan. Reduksi senyawa
nitro aromatik menjadi arilamina telah dibahas dalam Sub-Bab 10.14, Jilid
1. Beberapa arilamina dapat disintesis oleh reaksi amonia atau amina dengan
aril halida yang teraktifan (lihat Sub-Bab 10.15 Jilid 1).
Nitril menjalani hidrogenasi
katalitik atau reduksi dengan LiAlH4 untuk menghasilkan amina primer
dengan tipe RCH2NH2 dengan rendemen sekitar 70%. Nitril
diperoleh dari alkil halida; oleh karena itu suatu sintesis nitril adalah suatu
teknik memperpanjang suatu rantai karbon maupun pembuatan suatu amina.
(CH3)2CHCH2Br CN- (CH3)2CHCH2CN LiAlH4
(CH3)2CHCH2CH2NH2
1-bromo-2-metilpropana
3-metilbutananitril (3-metil-1-butil)amina
Suatu
alkil halida primer
Amida juga menghasilkan amina bila diolah dengan zat
pereduksi:
O
CH3(CH2)10CNHCH3 LiAlH4 CH3(CH2)10CH2NHCH3
N-metildodekanamida N-metildodesilamina
(95%)
Amina reduktif, suatu reaksi yang mengubah keton atau aldehida menjadi
amina primer, telah dibahas dalam Sub-Bab 11.7D. Reaksi ini jauh lebih baik
daripada reaksi antara R2CHBr dan NH3 dalam mensintesis
amina dengan tipe R2CHNH2, karena reaksi kedua ini dapat
menghasilkan produk eliminasi. Amina sekunder dan tersier dapat juga disintesis
dengan aminasi reduktif, jika digunakan amina primer atau sekunder, sebagai
ganti amonia.
2. Penataan-ulang amida
Bila suatu amida tak tersubtitusi
(RCONH2) diolah dengan suatu larutan brom dalam air dan bersifat
basa, amida ini akan mengalami penataan-ulang dan menghasilkan suatu amina.
Reaksi ini disebut penataan-ulang
Hofmann. Perhatikan bahwa gugus karbonil terlepas sebagai CO32- ; oleh
karena itu amina tersebut mengandung satu karbon berkurang dibandingkan dengan
karbon amida awalnya.
O
CH3(CH2)4CNH2 +
4OH- + Br2 H2O CH3(CH2)4NH2
+ CO32- + 2H2O + 2Br-
Heksanamida n-pentilamina
(85%)
Karena
gugus karbonil tampaknya direbut dari bagian-dalam molekul, menarik untuk
memperhatikan mekanisme penataan-ulang Hofmann. Reaksi berlangsung dengan
sederetan tahap yang berlainan. Tahap 1
adalah brominasi pada nitrogen. Tahap 2
lepasnya proton dari nitrogen dan menghasilkan suatu anion yang tak stabil.
Tahap penataan-ulang adalah tahap 3.
Hasil penataan-ulang itu adalah suatu isosianat yang stabil pada beberapa
kondisi, tetapi tidak stabil dalam basa
berair. Dalam basa berair, isosianat mengalami hidrolisis (tahap 4) menjadi suatu amina dan ion karbonat.
Dijumpai bahwa penataan-ulang Hofmann
berlangsung dengan konfigurasi
dipertahankan pada karbon α dari amida. Bukti ini mendorong
dugaan bahwa tahap penataan-ulang (Tahap 3) mempunyai keadaan-transisi
bertitian (bridged). Keuntungan
penataan-ulang Hofmann ialah bahwa rendemen amina primer murni adalah baik.
Reaksi ini merupakan jalur terbaik ke suatu amina primer yang mengandung suatu
gugus alkil tersier, seperti (CH3)3CNH2.
Kebasaan Amina
Pasangan elektron dalam
orbital dari amonia atau suatu amina yang tak terikat tetapi terisi dapat
disumbangkan pada atom, ion atau molekul yang kekurangan elektron (elektron-deficient). Dalam larutan air,
suatu amina bersifat basa lemah dan menerima sebuah proton dari air dalam
suatu reaksi asam-basa yang reversibel. Perhitungan tetapan kebasaan dan nilai
pKb untuk basa lemah dibahas dalam
Sub-Bab 1.10 Jilid 1. Suatu amina yang merupakan basa yang lebih kuat akan
mempunyai asam konjugat yang jauh lebih lemah dan karenanya pKa yang lebih rendah.
Sifat-sifat struktural yang sama
yang mempengaruhi kuat asam relatif dari asam karboksilat dan fenol juga
mempengaruhi kuat basa relatif dari amina.
1. Jika amina bebas terstabilkan relatif terhadap kationnya,
maka amina ittu adalah basa yang lebih lemah.
2. Jika kation itu terstabilkan relatif terhadap amina bebasnya,
maka amina itu adalah basa yang lebih kuat.
Suatu gugus
pelepas-elektron, seperti gugus alkil pada nitrogen akan menaikkan kebasaan
dengan cara menyebarkan muatan positif dalam kation (penyebaran muatan positif
ini analog dengan penyebaran dalam karbokation). Dengan penyebaran muatan
positif, kation itu terstabilkan relatif terhadap amina bebas. Oleh karena itu,
kuat basa bertambah dalam deret NH3, CH3NH2 dan (CH3)2NH.
Indeks
Amfetamina 1
Amina reduktif 9
Basa Troger 5
Ikatan dalam amina 5
Kabasaan amina 10
Konfigurasi amina 4
Meskalina 1
Pembuatan amina 7
Penataan-ulang Hofmann 9-10
Serotonin 2
Sifat fisis amina 6
Sintesis ftalamida Gabriel 8
Tatanama amina 3-4
Vitamin 3
Daftar Pustaka
Fessenden, Ralp J dan Joan S.
Fessenden. (1986). Kimia Organik.
Jakarta: Erlangga
Matsjeh, Sabirin. (1993). Kimia Dasar 1. Yogyakarta: Erlangga